Sunday, November 28, 2010

Hyoja-Ro and random babling

Hari ini saya berulang tahun ke 26.

Karena satu dan lain halnya, saya memutuskan untuk menghabiskan waktu menjelajahi Hyoja-Ro(효자로)daerah disebelah istana Gyeongbok bersama salah seorang teman.Sudah agak lama saya ingin menjelajahi daerah ini karena menurut guidebook merupakan salah satu idea-street yang penuh dengan galeri dan multipurposed space. Tidak seperti Bukcheon-gil (yg juga bersebelahan dengan Gyeonbok) yang lebih terekspos, Hyojaro yang merupakan kawasan perumahan tampak lebih lengang dan sepi. Galeri, multipurposed space, maupun cafe-cafe pun biasanya tersembunyi dibalik jalan kecil atau gang.

Persinggahan pertama saya hari ini adalah Daelim Contemporary Gallery. Gallery yang cukup besar ini terletak menjorok kedalam dari sebuah gang, dibalik sebuah gedung perkantoran. Karena beberapa alasan, saya hanya sempat melongok ke dalam lobbynya saja. Namun lain waktu mungkin saya akan menyempatkan diri untuk mampir lebih dalam.

Persinggahan kedua merupakan rencana tidak terduga. Diawali oleh sebuah papan nama sebuah gallery fotografi di sebuah gang kecil. Kami menemukan sebuah studio kecil penuh hiasan natal (tepat sebelum gallery fotografi yang dimaksud). Kami memutuskan untuk masuk ke dalam dan disambut seorang wanita Korea yang merupakan pemilik studio itu. Ia mempersilahkan kami melihat koleksi pameran kartu Natal berupa instalasi bahkan untuk difoto.Tidak hanya itu, kami sempat kaget ketika suami beliau (yg juga ada disana) mempersilahkan kami untuk masuk lebih dalam ke dalam studio untuk minum teh (tawaran yang SANGAT jarang mengingat kami ada di Korea). Dengan canggung kami masuk ke ruang dalam yang berupa rumah tradisional (Hanok) dengan interior modern. Ternyata sang pemilik studio adalah seorang desainer dekorasi interior yang pernah tinggal di UK dan sedang menempuh study di salah satu universitas di Seoul. Ia juga merupakan alumni universitas saya di sini ;) Akhirnya kami berbincang-bincang seputar desain (ia sangat tertarik waktu saya memperlihatkan guide-book saya yang memang didisain untuk kalangan yang tertarik dengan desain. Saat kami pamit, ia juga memberi sebuah tanda mata berupa kartu natal bergambar instalasi yang ada.

Setelah mendapat keramahan tak terduga ini, kami memutuskan untuk makan siang di sebuah rumah makan Korea. Rumah makan yang terbilang sederhana ini menyajikan masakan korea yang *tanpa diduga* sangat nikmat dengan kimchi buatan sendiri.Kebanyakan pelanggannya merupakan lanjut usia dan pekerja yang bekerja didaerah itu.

Mendapatkan energi lebih dari makan siang, kami berjalan menuju Cheong Wa Dae (청와대) yang merupakan tempat tinggal Presiden Korea Selatan. Terletak di belakang istana Gyeongbok, Cheong Wa Dae yang tampak dijaga banyak polisi merupakan salah satu daerah wisata (kalangan umum dapat mengikuti tur dengan mendaftar ke website yang bersangkutan) lengkap dengan foto spot di depannya. Kami juga menyempatkan mampir ke galery dengan taman luas di seberang Cheong Wa Dae. Saat saya memasuki galery tersebut, saya sadar betapa pemerintah Korea (atau Seoul) sangat memperhatikan aset-asetnya, baik potensi budaya tradisional dan modern. Saya kagum dengan polesan promosi mereka (terlepas seindah aslinya atau tidak) demi menggaet lebih banyak turis mancanegara.

Setelah berhasil berpose di depan Cheong Wa Dae (bersaing dengan gerombolan turis dari beberapa negara tetangga Korea) kami memutuskan untuk hunting beberapa cafe yang ada di guide book. Banyak dari cafe tersebut ternyata terletak di salah satu jalan Hyoja-ro dengan berbagai style. Karena saya kekeuh untuk menemukan salah satu cafe yang agak tersembunyi, kami hanya melirik dari etalase ke berbagai cafe yang semuanya tampak cozy tersebut. Banyak dari cafe tersebut yang merupakan multipurposed space, gabungan dari kedai, toko, dan galeri. Mungkin lain waktu saya akan memasuki satu per satu cafe-cafe tersebut. Oh ya, cafe yang saya maksud disini sebenarnya lebih ke coffee shop yang menyajikan panganan lain seperti cake, pastry, dan minuman-minuman lainnya.

Akhirnya, setelah menyusuri jalan dan gang *lebay* kami menemukan cafe yang saya cari. Dilihat dari namanya, cafe ini terlihat..agak plain. Cafe spring come and Rain fall benar-benar minimalis dalam penataan eksterior dan interiornya. Dengan warna dominan putih dah cream, mungkin secara tidak sadar orang akan melewatinya karena eksterior cafe ini hanya berupa bangunan berdinding puti dengan papan nama hitam. Di dalam, anda akan disambut koleksi stasionary yang dapat dibeli. Cafe ini mempunyai dua lantai. Lantai pertama merupakan area service dan dapur merangkap etalase plus cashier sedang lantai kedua merupakan kamar kecil yang merupakan ruang service. Toiletnya sendiri terletak di ruang semi basement di dekat pintu masuk. Jika anda mengunjungi cafe ini, mungkin feel yang dirasakan sama halnya dengan mengunjungi rumah teman. Meja dan kursi diatur sedemikian rupa seperti ruang keluarga, lengkap dengan sofa berselimut untuk hari-hari musim dingin. Saya dan teman memilih sofa nyaman disebelah jendela, dengan pemandangan halaman belakang yang menjorok ke bawah. Kami memesan set americano coffee dan ice-cream waffle handmade yang hadir lengkap dengan es krim rasa teh hijau, blueberry, buah pisang dan murbey beku serta sirup coklat dan taburan gula bubuk. Rasanya? Nikmat~ hahaha, dan tidak seperti americano coffee di gerai franchise besar yang hanya terasa pahitnya, saya yang bukan penggemar kopi pahit dapat menikmati rasa americano coffee disini. Oh ya, cafe ini juga menyajikan homemade cake dan brownies plus minuman non-coffee yang tampak menarik.

Saya menghabiskan beberapa jam di cafe ini dengan bercakap-cakap dan membaca novel. Harus diakui, cafe ini sangat nyaman, terutama dengan alunan musik instrumental dan kehadiran heater (penghangat) di beberapa tempat. Beberapa costumer asik dengan laptop mereka, berbincang, bahkan ada yang merajut. Jika diperhatikan, lantai dua lebih untuk berbincang-bincang sedang lantai pertama lebih untuk mereka yang menginginkan ketenangan. Tanpa terasa malam datang (lebih cepat karena winter sudah masuk) dan saya pun harus pulang. Sebelum menunggu bis, saya menyempatkan diri untuk mampir ke stasiun subway terdekat. Selain untuk me-recharge kartu transportasi saya, di dalam stasiun yang sedang direnovasi tersebut juga dipamerkan beberapa lukisan koleksi National Palace Museum of Korea yang terletak tepat diatasnya. Saya tertegun dengan beberapa lukisan cat air yang sederhana namun kompleks dalam sapuan kuasnya.

Puas dengan perjalanan ke Hyoja-ro, akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke rumah, sambil menyempatkan diri melewati daerah disekitar tempat tinggal. Sangat kontras dengan kawasan Hyoja-ro yang tenang, karena penuh dengan toko baju wanita dan gerai kosmetik.

No comments: