Mungkin dari judulnya, sudah bisa ditebak ya isinya apa?
warning:
Berisi hal-hal yang mungkin sensitif buat seseorang. Harap dibaca dengan pikiran terbuka. Bukan untuk orang-orang berpikiran sempit atau fanatik terhadap agama tertentu. Jika anda merasa tersinggung, maaf sekali lagi. Note ini merupakan refleksi pikiran saya dan bersifat subjektif.
--------------------------------------------------------------------------------------
Sebenarnya hal ini sudah agak lama saya pikirkan, kira-kira sewaktu saya mulai bergereja di Seoul. Saya merasa ada yang berbeda (dan agak janggal) dalam komunitas di Korea. Kalau hanya tata ibadah dan cara mengekspresikan puji-pujian yang berbeda, itu sudah biasa. Di Indonesia pun ada banyak aliran dalam 1 agama yang sama sekalipun.
Pada awalnya saya berpikir, mungkin hal ini terjadi karena Korea merupakan salah satu negara dengan pengiriman misionaris terbesar, atau karena mereka sangaaaat taat beragama. Namun yang membuat saya terheran-heran untuk pertama kalinya adalah, disini orang mengajak orang dengan agama lain untuk datang ke gereja. Bukan hanya mengajak, tapi kadang memaksa ataupun membuat persekutuan menjadi seolah-olah merupakan gathering pada umumnya (sehingga orang yang bukan kristen tidak curiga itu merupakan persekutuan). Beberapa kali sewaktu saya mengatakan bahwa saya kristen, beberapa orang langsung mengajak saya ke gereja mereka/persekutuan, dan sewaktu saya menolak dengan mengatakan saya ada kelas korea, mereka menganggap persekutuan lebih penting (iya sih..tapi tetep aja...).
Pada kasus pemaksaan, pernah suatu hari saya dan teman saya berjalan di area depan kampus. Kami bertemu dua orang perempuan korea yang dengan sopannya mengenalkan diri sebagai seorang sukarelawan/volunteer untuk orang asing, namun lalu menyodorkan sebuah majalah kristiani dan menjelaskan bahwa kristen tidak berbeda dengan agama lain dan sebagainya. Saya langsung berpikir (ntah suuzon atau bukan ya), mereka bukan volunteer, tapi misionaris berkedok volunteer. Seorang teman saya yang lain bahkan pernah diajak untuk bergereja walaupun ia memakai jilbab. WOW! Hal lain adalah ketika saya sedang beribadah minggu. Di gereja ini, biasanya jemaat menyanyi dengan ekspresif dan setiap pendeta menyampaikan firman, mereka merespon dengan ekspresif juga (saya dan teman saya sih hanya tepuk tangan dan menyanyi-hopefully dengan khidmat). Ketika tiba saat warta seputar gereja, tiba-tiba MC berkata bahwa sebaiknya kami beribadah dengan ekspresif walaupun kami berasal dari gereja yang berbeda karena dengan begitu Tuhan akan menjadi lebih senang. Memangnya Tuhan tuli? (maaf). Menurut saya, iman seseorang tidak bisa diukur dari keekspresifan seseorang dalam pujian dan adalah hak masing-masing jemaat untuk mengekspresikan kesukacitaan mereka terhadap Tuhannya (walaupun dalam diam..karena diam toh merupakan salah satu ekspresi).
Bukan karena saya berasal dari Indonesia, dimana kristen merupakan minoritas, sehingga saya menganggap ini merupakan hal diatas merupakan hal yang diluar wajar. Namun ini berasal dari pandangan saya pribadi. Menyebarkan agama memang merupakan salah satu firman dalam Kekristenan. Adalah tugas kita bersama untuk menyampaikan kabar baik. Namun apakah karena firman tersebut kita harus menghalalkan segala cara? Apakah kita harus memaksa seseorang, walaupun kita tahu bahwa mereka sudah beragama, ataupun mungkin mereka memilih tidak beragama (atheis)? Punya agama atau tidak, pilihan masing-masing orang harus dihormati. Jikalau misalkan, seseorang "berhasil" terpanggil masuk ke dalam kekristenan itu sendiri melalui jalan pemaksaan, ataupun muslihat, apakah kita yakin, orang tersebut dapat mengasihi Tuhannya yang baru dengan sepenuh hati? Apakah kita tidak berdosa, memakai jalan muslihat? Bukankah dengan memaksa mereka, kita akan membuat nama kristen menjadi tercoreng?
*kok saya jadi terlihat seperti orang bukan kristen ya?hehehe*
Ada satu hal lagi yang mengelitik saya. Walaupun selama ini selalu didengung-dengungkan bahwa menyebarkan agama merupakan firman yang penting, ada firman lain yang menurut saya tak kalah pentingnya. Kasihilah sesamamu manusia. (saya potong bagian depannya supaya lebih mengena). Bagaimana cara mengasihi sesamamu? Salah satunya adalah dengan menghormati pilihan hidup mereka, termasuk kepercayaan yang mereka pilih. Justru dengan saling mengasihi dan menghormati secara tulus, kasih Tuhan akan terpancar dalam diri kita dan mengena pada orang lain. Jikalau nantinya mereka terpanggil menjadi Kristen, Tuhan masih punya 1000x cara lain yang lebih "elegan" untuk itu, dan yang pasti bukan dengan jalan kekerasan, pemaksaan, ataupun tipu muslihat. Karena Tuhan sendiri adalah kasih bukan? *pertanyaan ditujukan untuk yang kristen/katolik*
Sekian dan terima kasih
PS:
maaf jika ada kata-kata yang menyinggung, terutama untuk umat kristiani. saya hanya berusaha menjadi kritis terhadap iman saya sendiri. Kebetulan di Korea ini kasusnya kekristenan, walaupun menurut teman saya, muslim korea yang ia wawancarai juga (sedikit) fanatik. Latar belakang saya sendiri berasal dari keluarga multi agama sehingga tolenransi merupakan hal yang penting bagi saya.
*dicopy dari Facebook untuk teman-teman yang lebih memilih blog^^*
Sebenarnya hal ini sudah agak lama saya pikirkan, kira-kira sewaktu saya mulai bergereja di Seoul. Saya merasa ada yang berbeda (dan agak janggal) dalam komunitas di Korea. Kalau hanya tata ibadah dan cara mengekspresikan puji-pujian yang berbeda, itu sudah biasa. Di Indonesia pun ada banyak aliran dalam 1 agama yang sama sekalipun.
Pada awalnya saya berpikir, mungkin hal ini terjadi karena Korea merupakan salah satu negara dengan pengiriman misionaris terbesar, atau karena mereka sangaaaat taat beragama. Namun yang membuat saya terheran-heran untuk pertama kalinya adalah, disini orang mengajak orang dengan agama lain untuk datang ke gereja. Bukan hanya mengajak, tapi kadang memaksa ataupun membuat persekutuan menjadi seolah-olah merupakan gathering pada umumnya (sehingga orang yang bukan kristen tidak curiga itu merupakan persekutuan). Beberapa kali sewaktu saya mengatakan bahwa saya kristen, beberapa orang langsung mengajak saya ke gereja mereka/persekutuan, dan sewaktu saya menolak dengan mengatakan saya ada kelas korea, mereka menganggap persekutuan lebih penting (iya sih..tapi tetep aja...).
Pada kasus pemaksaan, pernah suatu hari saya dan teman saya berjalan di area depan kampus. Kami bertemu dua orang perempuan korea yang dengan sopannya mengenalkan diri sebagai seorang sukarelawan/volunteer untuk orang asing, namun lalu menyodorkan sebuah majalah kristiani dan menjelaskan bahwa kristen tidak berbeda dengan agama lain dan sebagainya. Saya langsung berpikir (ntah suuzon atau bukan ya), mereka bukan volunteer, tapi misionaris berkedok volunteer. Seorang teman saya yang lain bahkan pernah diajak untuk bergereja walaupun ia memakai jilbab. WOW! Hal lain adalah ketika saya sedang beribadah minggu. Di gereja ini, biasanya jemaat menyanyi dengan ekspresif dan setiap pendeta menyampaikan firman, mereka merespon dengan ekspresif juga (saya dan teman saya sih hanya tepuk tangan dan menyanyi-hopefully dengan khidmat). Ketika tiba saat warta seputar gereja, tiba-tiba MC berkata bahwa sebaiknya kami beribadah dengan ekspresif walaupun kami berasal dari gereja yang berbeda karena dengan begitu Tuhan akan menjadi lebih senang. Memangnya Tuhan tuli? (maaf). Menurut saya, iman seseorang tidak bisa diukur dari keekspresifan seseorang dalam pujian dan adalah hak masing-masing jemaat untuk mengekspresikan kesukacitaan mereka terhadap Tuhannya (walaupun dalam diam..karena diam toh merupakan salah satu ekspresi).
Bukan karena saya berasal dari Indonesia, dimana kristen merupakan minoritas, sehingga saya menganggap ini merupakan hal diatas merupakan hal yang diluar wajar. Namun ini berasal dari pandangan saya pribadi. Menyebarkan agama memang merupakan salah satu firman dalam Kekristenan. Adalah tugas kita bersama untuk menyampaikan kabar baik. Namun apakah karena firman tersebut kita harus menghalalkan segala cara? Apakah kita harus memaksa seseorang, walaupun kita tahu bahwa mereka sudah beragama, ataupun mungkin mereka memilih tidak beragama (atheis)? Punya agama atau tidak, pilihan masing-masing orang harus dihormati. Jikalau misalkan, seseorang "berhasil" terpanggil masuk ke dalam kekristenan itu sendiri melalui jalan pemaksaan, ataupun muslihat, apakah kita yakin, orang tersebut dapat mengasihi Tuhannya yang baru dengan sepenuh hati? Apakah kita tidak berdosa, memakai jalan muslihat? Bukankah dengan memaksa mereka, kita akan membuat nama kristen menjadi tercoreng?
*kok saya jadi terlihat seperti orang bukan kristen ya?hehehe*
Ada satu hal lagi yang mengelitik saya. Walaupun selama ini selalu didengung-dengungkan bahwa menyebarkan agama merupakan firman yang penting, ada firman lain yang menurut saya tak kalah pentingnya. Kasihilah sesamamu manusia. (saya potong bagian depannya supaya lebih mengena). Bagaimana cara mengasihi sesamamu? Salah satunya adalah dengan menghormati pilihan hidup mereka, termasuk kepercayaan yang mereka pilih. Justru dengan saling mengasihi dan menghormati secara tulus, kasih Tuhan akan terpancar dalam diri kita dan mengena pada orang lain. Jikalau nantinya mereka terpanggil menjadi Kristen, Tuhan masih punya 1000x cara lain yang lebih "elegan" untuk itu, dan yang pasti bukan dengan jalan kekerasan, pemaksaan, ataupun tipu muslihat. Karena Tuhan sendiri adalah kasih bukan? *pertanyaan ditujukan untuk yang kristen/katolik*
Sekian dan terima kasih
PS:
maaf jika ada kata-kata yang menyinggung, terutama untuk umat kristiani. saya hanya berusaha menjadi kritis terhadap iman saya sendiri. Kebetulan di Korea ini kasusnya kekristenan, walaupun menurut teman saya, muslim korea yang ia wawancarai juga (sedikit) fanatik. Latar belakang saya sendiri berasal dari keluarga multi agama sehingga tolenransi merupakan hal yang penting bagi saya.
*dicopy dari Facebook untuk teman-teman yang lebih memilih blog^^*
2 comments:
berikut ini opini tidak objektif saya:
Gue termasuk yang ga suka sama yang suka maksa2 begitu. Buat gue, kesannya secara ga langsung bilang "Lu semua salah, kafir dan penuh dosa! Cuma agama gua yang bener!"
Gua percaya benar salahnya tiap orang beda, persepsi orang terhadap entitas yang bersifat ketuhanan juga beda2, makanya muncul agama2 yang berbeda di muka bumi ini.
Gua percaya Tuhan, gua percaya Tuhan itu Maha Adil makanya Beliau memberi restu terhadap eksistensi segala agama2 yang ada di semestanya.
Ciptaannya aja yang kadang rada2 rese.. Tapi yah, kalo nggak begitu idup juga ga seru.. Ibarat masak tapi ga pake bumbu gitu..
Woah.. bahkan di korea juga begitu yah.. O.Oa
Post a Comment